Kita "bisa" jika NIAT lebih dahulu merasuk PIKIRAN

Kita "bisa" jika NIAT lebih dahulu merasuk PIKIRAN
Diatas putihnya kertas ada coretan tinta hitam yang menjadi arsip perjuangan kita!!!

Kamis, 17 Februari 2011

PIDATO PELANTIKAN PB-HPMIG PERIODE 2011 - 2013

Bismillah Hirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati, Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Bapak Dr. Andi Mallarangeng,
Yang saya hormati, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Bapak Dr. La ode Ida,
Yang saya hormati, Para Anggota DPD RI Provinsi Gorontalo,
Yang saya hormati, Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga,
Yang saya hormati, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda,
Yang saya hormati, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda,
Yang saya hormati, Para Alumni Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo (HPMIG),
Yang saya hormati, Ketua Umum KKIG Tinelo dan Lamahu Gorontalo,
Yang saya hormati, Para Ketua Umum PB HMI, PMII, KAMMI, IKAMI Sulsel, Permala Lampung, FKMB Betawi, KMM Minang, HPMMN Maluku Utara,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Marilah kita bersama-sama, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita tetap diberi kekuatan dan kesehatan, sehingga kita dapat bertatap muka dalam kesempatan yang membahagiakan ini.

Melalui kesempatan ini pula, saya ingin menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada kaum muda Indonesia, atas pemikiran, kajian, dan gerakan perjuangan yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Kemajuan yang kita capai hingga detik ini, tentu tidak terlepas dari kontribusi kawan-kawan semua. Pun, saya meyakini betul, bahwa kejayaan yang kita lihat, kita rasakan, dan kita impikan, tidak terlepas dari peran, kepeloporan, dan kepemimpinan kaum muda. Sehingga, tidak berlebihan kiranya kemudian kita menyebutnya sebagai the agent of civilization.         

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Jika kita membaca dengan saksama dan hati-hati tentang kecenderungan piramida kependudukan kita sepanjang 10 tahun terakhir ini, maka kita akan menemukan sebuah fenomena menarik yang akhir-akhir ini menjadi topik hangat dalam tiap-tiap perbincangan. The windows of the opportunity. Sebuah keadaan di mana tingkat dependency ratio kita berada pada titik terendah. Para ahli kita kemudian meyakini, bahwa keadaan ini akan kita capai pada periode antara tahun 2020 sampai 2030. Sebuah kajian yang patut kita apresiasi.

Hadirin yang saya hormati,
Fenomena The windows of the opportunity hanya akan datang sekali pada setiap Negara. Dia menawarkan peluang yang besar bagi pencapaian cita-cita kemakmuran kita. Pada titik itu, distribusi usia produktif berada pada proporsi yang besar. Menjanjikan kemajuan yang terus tumbuh dalam kuantifikasi yang belum pernah kita rasakan dalam sejarah Republik ini. Cina telah membuktikan bagaimana mereka mampu memanfaatkan peluang itu dan hari ini mereka mampu memengaruhi dunia dengan kedigdayaan peradabannya.

Hadirin yang saya hormati,
Tantangan tersebut hanya mampu kita jawab melalui gerakan kultural yang dilandasi cita-cita bersama yang direkatkan oleh soliditas yang utuh dalam berbagai dimensi. Pertama, soliditas antar generasi. Kita – kaum muda – yang berada pada lapisan generasi termuda - gen 16 and gen 30 -  sudah waktunya menginisiasi sebuah proses komunikasi peradaban yang intensif dengan generasi di bawah kita. Mari kita belajar pada pengalaman masa lalu orang-orang tua kita. Dan kemudian dengan keyakinan penuh kita tawarkan masa depan yang gemilang pada mereka. Untuk cucu dan cicit mereka.Kedua, soliditas cita-cita. Pada konteks ini, kita harus berani mendefinisikan dengan tegas cita-cita perjuangan para pendahulu kita. Sebuah visi besar dan mulia. Cita-cita tentang keadaan yang “sejahtera dan berkeadilan sosial”.

Dan dimensi yang ketiga, soliditas kita sebagai bangsa Indonesia. Ketika berbicara tentang konsep ini, saya kemudian membayangkan bahwa di suatu masa, kita akan berteriak lantang pada dunia, bahwa “kebhinekaan adalah kunci kesuksesan kita”. Dunia tidak perlu mengajarkan kita tentang wacana kesatuan, karena leluhur kita telah mengajarkan dan menuliskannnya dengan jelas “melindungi seluruh rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Lingkungan strategis kita telah berada pada titik perubahan yang sangat ekstrem. Sadar atau tidak, kita sedang berada pada era transisi dari jaman industrial ke jaman informasi. Era ini kemudian telah mengubah cara pandang tentang dunia. Konsepsi dunia tidak lagi terbatas pada ide-ide mekanistik sebagaimana yang kita pahami selama ini. Semua gejala, fenomena, fakta menjadi sangat “liquid”. Hal yang perlu kita cermati dari perubahan itu adalah munculnya peran-peran gagasan yang mewujud dalam konsepsi filsafati ataupun pada level programatis. Pada konteks ini, gagasan telah menunjukkan dominansinya. Dunia kita sekarang adalah cerita-cerita tentang gagasan besar. Itu semua, sedikit demi sedikit, perlahan-lahan, menggiring kita dari era otonomi kekuasaan dan koalisi kepentingan. Siapa yang menyangka bahwa fenomena climate change dan global warming, yang puluhan tahun silam hanya menjadi isu kecil di kalangan aktivis lingkungan dan ilmuwan, tapi kemudian memaksa para pengusaha dan politisi untuk kemudian bersuara bersama-sama.

Hadirin sekalian yang saya hormati,
Lama sudah dialektika kaum muda mendominasi sejarah bangsa ini. Praktis, setiap perubahan orde tidak lepas dari pergulatan pikiran dan gerakannya. Segalanya terletak pada kemampuannya dalam menciptakan terobosan-terobosan baru. sehingga tidak heran kemudian energinya mampu menembus batas-batas kesadaran. Melakukan lompatan yang mampu menghipnotis jamannya. Kaum muda selalu hadir dengan gagasan. Sebuah pandangan tentang masa depan yang menjanjikan kemajuan. Berbicara seperlunya tentang masa lalu dan setia pada wacana masa depan. Karena orientasinya adalah how to predict the future. Membedah masa depan yang masih dianggap sebagai ruang-ruang hampa, lewat tradisi yang rasional dan bertanggung jawab. Ini adalah nilai hakiki gerakan kaum muda dan leluhur kita telah membuktikan banyak hal tentang itu semua.

Hadirin yang saya hormati,
HPMIG sebagai kumpulan intelektual muda Gorontalo tidak lahir dari ruang hampa. HPMIG lahir dari sebuah gagasan besar yang visionable. Di era 50 sampai 60-an, sekelompok intelektual muda Gorontalo duduk bersama dalam suasana dialektika yang nyaman. Mencita-citakan Gorontalo yang maju dan sejajar. Sehingga, secara fair harus dinyatakan bahwa perhimpunan ini tidak dapat dipisahkan dalam perjalanan Provinsi Gorontalo, dari awal pembentukannya hingga hari ini.

Hadirin yang saya hormati,
Dalam perkembangannya HPMIG sudah selayaknya melebarkan gagasannya dalam lingkungan strategis yang lebih luas. Ini mesti dilakukan sebagaimana cita-cita tokoh-tokoh pergerakan nasional asal Gorontalo, yang dengan tegas dan penuh keyakinan untuk berbakti pada ibu pertiwi Indonesia. Mewujudkan cita-cita perjuangan the founding fathers dalam kerangka NKRI. Karena mereka, leluhur kami, telah berucap “sekali ke Jogja tetap ke Jogja”, 65 tahun silam.

Hadirin yang saya hormati,
Semua yang telah dipaparkan di atas, sungguh menjadi kunci bagi kita agar Indonesia yang kita cintai tetap utuh dan berjaya di 10 sampai 20 tahun yang akan datang. Soliditas yang menjadi energi, kebhinekaan yang menjadi kunci, dan produksi gagasan yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran yang berkeadilan, menjadi poin penting dalam membangun kerangka peradaban Indonesia yang lebih layak. Kita dikaruniai wilayah yang sangat luas, yang terbentang dari Sabang ke Merauke, dari Miangas ke Pulau Rote. Kita mempunyai sumber daya alam yang berlimpah. Kita memiliki sumberdaya manusia yang tangguh, yang terus dapat ditingkatkan keunggulan dan daya saingnya.

Karenanya, dengan semua ini, ke depan, Indonesia mempunyai peluang emas untuk menjemput apa yang kita sebut sebagai the windows of the opportunity. HPMIG bersama-sama organisasi lainnya akan menjadi bagian dari perjuangan nilai yang luhur itu.

Terima Kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Tomy Ishak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar