Kita "bisa" jika NIAT lebih dahulu merasuk PIKIRAN

Kita "bisa" jika NIAT lebih dahulu merasuk PIKIRAN
Diatas putihnya kertas ada coretan tinta hitam yang menjadi arsip perjuangan kita!!!

Selasa, 23 November 2010

BUAYA KEMABARAN MANUSIA!!!

akhir akhir ini gorontalo utara di hebohkan dengan fenomena yang luar biasa .

PASTI TIDAK YANG PERCAYA !!!
TIDAK BISA DI LOGIKAKAN!!!
MANUSIA BERSAUDARA DENGAN BUAYA!!!
NIH CERITA SELENGKAPANYA :
Pak Iko dan Ibu Ati (orang tua dari anak = buaya kembaran manusia), dari cerita yang berkembang, dan juga galian informasi pendukung dari warga sekitar dan pengunjung buaya tersebut, membenarkan kehadiran buaya dengan nama Sabrina (perempuan, 18 Th) dan kembrannya Sabri (laki-laki, 18 Th).
NIH FOTONYA SABRINA
Galian informasi ini terus menyebar seolah angin yang bertiup dari pulau itu ikut menyebarkan keberadan buaya tersebut. Berita ini terus mampu menghipnotis jutaan manusia untuk melihat dari dekat kebenaran dan keberadaan buaya itu. Semakin hari semakin banyak pengunjung, kata warga sekitar ketika saya bertanya pada mereka. Lalu, benarkah buaya itu adalah sedarah dengan manusia, lahir dari rahim manusia, dan dewasa sebagai buaya. Mari membuktikannya sendiri. Perjalanan saya ke pulau Malambe, Ponelo Gorontalo Utara itu tidak sendirian. Dalam sebuah ekpedisi saya yang kedua ini, saya tidak sendiri, tetapi ditemani oleh beberapa teman saya yang juga ingin membuktikan sendiri kebenaran buaya kembaran manusia tersebut.
Kebenaran apa yang didapat dari ekspedisi part II ini? Saya menamai perjalanan ini dengan sebutan “Ekspedisi Crocodile Island” setelah perjalanan sebelumnya, diberi nama “Proving a story and news”. Lalu pembuktian dan bukti apa yang didapat dalam ekspedisi part II? Percaya atau tidak kalianlah yang menentukan dan silahkan buktikan sendiri ke lokasi.
Usai menggali informasi baru dari warga dan pengunjung yang lebih dulu datang, saya masuk kerumah pemilik buaya itu, yakni rumah kediaman keluar pak Iko dan Ibu Ati, lengkapnya Ibu Hayati (menurut sumber berita). Didalam rumah itu sudah berkumpul banyak orang, dan sepertinya masih seperti minggu kemarin. Tetapi untuk kali ini, saya bisa bertatap muka langsung dengan orang tua dan saudara kembar buaya tersebut, yang olehnya diberi nama Sabrina. Setelah bercanda sesaat, saya mengajukan beberapa pertanyaan seputar berita tentang buaya Sabrina itu. Ibu Ati terus menjawab beberapa pertanyaan dari saya. Bagaimana buaya itu bisa ada diantara mereka, penuturan ibu Ati sama dengan cerita yang berkembang, seperti yang saya posting sebelumnyaGalian informasi ini terus menyebar seolah angin yang bertiup dari pulau itu ikut menyebarkan keberadan buaya tersebut. Berita ini terus mampu menghipnotis jutaan manusia untuk melihat dari dekat kebenaran dan keberadaan buaya itu. Semakin hari semakin banyak pengunjung, kata warga sekitar ketika saya bertanya pada mereka. Lalu, benarkah buaya itu adalah sedarah dengan manusia, lahir dari rahim manusia, dan dewasa sebagai buaya. Mari membuktikannya sendiri. Perjalanan saya ke pulau Malambe, Ponelo Gorontalo Utara itu tidak sendirian. Dalam sebuah ekpedisi saya yang kedua ini, saya tidak sendiri, tetapi ditemani oleh beberapa teman saya yang juga ingin membuktikan sendiri kebenaran buaya kembaran manusia tersebut.
Kebenaran apa yang didapat dari ekspedisi part II ini? Saya menamai perjalanan ini dengan sebutan “Ekspedisi Crocodile Island” setelah perjalanan sebelumnya, diberi nama “Proving a story and news”. Lalu pembuktian dan bukti apa yang didapat dalam ekspedisi part II? Percaya atau tidak kalianlah yang menentukan dan silahkan buktikan sendiri ke lokasi.
Usai menggali informasi baru dari warga dan pengunjung yang lebih dulu datang, saya masuk kerumah pemilik buaya itu, yakni rumah kediaman keluar pak Iko dan Ibu Ati, lengkapnya Ibu Hayati (menurut sumber berita). Didalam rumah itu sudah berkumpul banyak orang, dan sepertinya masih seperti minggu kemarin. Tetapi untuk kali ini, saya bisa bertatap muka langsung dengan orang tua dan saudara kembar buaya tersebut, yang olehnya diberi nama Sabrina. Setelah bercanda sesaat, saya mengajukan beberapa pertanyaan seputar berita tentang buaya Sabrina itu. Ibu Ati terus menjawab beberapa pertanyaan dari saya. Bagaimana buaya itu bisa ada diantara mereka, penuturan ibu Ati sama dengan cerita yang berkembang, seperti yang saya posting sebelumnya (silahkan kunjungi : http://takula.blogdetik.com) beritanya ada disitu, dan saya tidak perlu lagi membahasnya disini. beritanya ada disitu, dan saya tidak perlu lagi membahasnya disini.
Yang saya garis bawahi dari perjalanan saya tadi, sambil membaca situasi dirumah kediaman buaya tersebut, adalah rasa penasaran yang terjawab namun bukan harapan. Apa maksudnya? Menurut cerita, buaya memiliki tingkatan rasa malu seperti halnya manusia (diposting sebelumnya), dia tidak begitu saja mau diajak main kehadapan orang banyak.
Selama beberapa jam saya ada disana, buaya tersebut katanya sedang tidur, dan tidak bisa diambil gambar, kerena tubuhnya tertutup dengan kain sarung. Raut penasaran dari banyak orang makin membludak, ketika saya masih terus melontarkan banyak pertanyaan ke Ibu Ati, dan Ibu Ati pun dengan santai menjawab setiap pertanyaan saya, layaknya seorang wartawan. Saya, dan yang ada dilokasi itu, sama-sama berhasrat mengambil gambar ketika buaya itu merayap kesana-kemari didalam rumahnya, namun tidak terpenuhi.
Semakin saya mewawancarai ibu itu, sepertinya ada yang aneh dari berita ini, diam-diam pun saya memutuskan kejadian ini simpang siur. Kenapa? Apa alasannya? Dalam ekspedisi ini, saya tidak menemukan kejelasan tentang kebenaran buaya itu, selain cerita dari warga sekitar dan ibu Ati.
Saya pun mencoba mendekati Sabri, saudara kembar laki-laki dari Sabrina Si Buaya itu. Terdorong ingin membuktikan secara akal, dan dihantui rasa penasaran, saya terus melontarkan pertanyaan tentang kebenaran buaya itu. Sabri pun mengakui, buaya itu adalah kembarnya yang lahir bersamanya sejak 18 tahun lalu.
Ada sedikit keanehan yang saya temui disana, selama ekspedisi ini, yaitu :
- Ibu Ati, tidak mengetahui kapan tanggal persisnya dilahirkan Sabri dan Sabrina (lupa, katanya);
- Buaya Sabrina, tidak mau makan kecuali bila Sabri lapar, artinya ketika Sabri makan, maka sudah pasti si Sabrina pun akan merasa kenyang meski tak disuapi makanan;
- Keadaan Sabrina yang terus bersembunyi dari kerumunan orang, yah..namanya saja hewan bila dia hanya sendirian, terus dikerumuni banyak orang tentu saja dia akan menjauh, bersembunyi agar tidak terlihat;
- Menurut berita yang saya rangkum minggu kemarin, Sabrina berukuran panjang 151 cm, versi cerita berkembang, tetapi kenyataanya tidak, Sabrina kini berukuran kecil tidak sampai 1 meter. Bila diperkirakan, usia 18 Tahun, mungkin panjangnya lebih dari dua meter, dengan lebar seperti karung beras, artinya ukuran sebesar itu, manusia pun bisa jadi mangsa yang langsung ditelan;
- Kondisinya yang tertutup sarung disekujur tubuh, dan akses masuk kekamar Sabrina terhalang setengah daun pintu, membuat saya dan sebagian orang kurang meyakini keberadaannya, karena tidak ada gerakan resmi yang membuktikan ada gerakan makhluk hidup dibalik sarung itu, paling tidak yang namanya tertidur masih akan gerakan refleks meski tak disentuh;
- Ketika saya meminta Ibu Ati dan Sabri untuk menggendongnya dan diabadikan dalam foto perjalanan, mereka seperti enggan memenuhinya, alasannya Sabrina sedang tidur.
- Yang namanya buaya, meski dia terlahir dari rahim manusia, tetaplah dunia kehidupannya adalah air. Buaya pun meski mampu bertahan hidup didaratan tetapi selebihnya dia sebagai makhluk yang menempati air. Buaya Sabrina sudah 16 hari sampai dengan saat ini (21/11/2010) tetap berada didaratan tanpa makan dan minum.
- Menurut penuturan ibu Ati, sewaktu usia Sabri 1 tahun, mereka hijrah ke Malaysia entah jadi TKI atau apa saya tidak tahu pasti, katanya Sabrina sering muncul dipemandian mereka disungai. Kejadian ini terus berulang, hingga Ibu Ati pun sering melihat buaya itu mendekatinya disebuah sungai, kejadian ini terus berulang.
- Begitu mereka kembali lagi ke Indonesia, dan kepulau Ponelo desa Malambe pedukuhan Dulango, buaya itu pun mengikuti mereka.
- Aneh, sejak dua tahun yang lalu kembali dari Malaysia, baru kali ini si buaya itu muncul. Bila dipikir, mungkin si Sabrina membutuhkan waktu dua tahun untuk mengarungi perairan Malaysia hingga Indonesia, tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah buaya mampu berenang sejauh itu? Wallahu alam. Saya pun tidak bisa berspekulasi.
Selebihnya, membingungkan, itulah hasil akhir dari perjalanan ekspedisi part II ini. Dan penelusuran saya pun tentang buaya itu saya nyatakan saya selesai dengan hasil saya sendiri bingung dan cenderung menganggap ini masih simpang siur. Bagaimana menurut pengunjung yang lain atau yang membaca posting ini, tergantung pribadi masing-masing menganggap apa.
Belum ada kabar pasti, yang menurut saya bisa saya terima dengan akal sehat. Bagaimana membuktikannya secara ilmiah? Mungkin membutuhkan keahlian khusus, mengetes DNA buaya itu apakah buaya Sabrina berdarah manusia. Mungkin juga pemerintah bisa terlibat disini, yaitu menunjukkan kepada publik kebenaran tentang buaya ini untuk bisa diterima secara akal.




Bila ada tes DNA bahwa Sabri dan Sabrina adalah sedarah, berarti itu adalah kebenaran yang ditunjukkan Allah yang harus kita ketahui. Bila tidak ada pembuktian ilmiah, menurut saya dan pikirannya saya, ini akan menjurus kehal-hal mistik, yang akhirnya mengubah cara pandang manusia tentang kehadiran buaya itu sebagai Sabrina. Bila ada yang ingin membuktikan secara ilmiah, silahkan selagi masih ramai dan hangat dibicarakan orang. Wallahu Alam. Kita hanya berserah pada pemilik rahasia sejati, Allah SWT.





by  :
http://takula.blogdetik.com

2 komentar:

  1. Wallahu'alam... semua sudah ada yang merencanakan.. qta hanya bisa berserah dan ingat kepada-NYA bahwa segala sesuatu itu ada maknanya.

    BalasHapus
  2. sepakat bro...
    sudah ada yang merencanakan.
    :D

    BalasHapus